Kamis, 11 Januari 2018

Sastra

Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan bahasa yang terikat oleh irama, matra, rima, dan kiasan, serta penyusunan larik dan bait, diungkakan dengan pilihan kata yang cermat dan tepat. Ciri-ciri puisi dapat dikarenakan struktur cerita, diksi, rima, irama, dan pesan yang terkandung di dalamnya.
A.   Unsur-unsur pada Puisi
1.     Unsur batin (makna puisi)
a.      Tema / Makna (sense)
Tema => gagasan pokok yang diungkapkan oleh penyair melalui puisinya. Berfungsi sebagai dasar irama penyair dalam membuat puisi. Contoh: Ketuhanan, Kemanusiaan, Kepahlawanan. Cinta Kasih, Pendidikan, Persahabatan, Penderitaan, dll.
b.      Perasaan (feeling)
Pengungkapan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair. Dalam mengungkapkan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c.      Nada dan Suasana
Nada puisi => sikap penyair terhadap pembacanya. Nada puisi berhubungan dengan tema dan rasa misalnya dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama, menasehati, menyindir, dan sebagainya. Suasana => keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.
d.     Amanat / Tujuan (itention)
Amanat => pesan yang hendak disampaikan dalam puisi. Amanat dapat ditemukan setelah mengetahui tema, perasaan, nada, dan suasana puisi. Amanat atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan sesuatu.

2.     Unsur fisik puisi
a.      Perwajahan Puisi (tipografi)
=>  bentuk puisi seperti halamam yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan baris puisi yang tidak berbentuk paragraf, tetapi berbentuk bait. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b.      Diksi (pemilihan kata)
Dilakukan penyair dalam puisinya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek keindahan. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
c.      Pengimajinasian
Penggunaan kata-kata yang digambarkan atas bayangan kongkret apa ayng kita hayati secara langsung melalui penginderaan manusia. Imajinasi meliputi: imajinasi suara  (auditif), imajinasi penglihatan (visual), dan imajinasi raba/sentuh (taktil). Imajinasi dapat membawa pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
d.     Kata Kongkret
Kata kongkret => kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munuclnya imajinasi pembaca. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “Luka” melambangkan masa lalu yang buruk yang pernah dialami si penyair.
e.      Bahasa Figuratif / Majas
=> bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu sehingga puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak mana. Bahasa figuratif disebut juga majas.
  Contoh pada bait “Ini muka penuh luka”, majas yang digunakan adalah majas personifikasi yaitu mengumpamakan benda mati sebagai benda hidup, di mana “muka” sebagai benda mati diumpamakan sebagai kehidupan seseorang.
f.       Versifikasi Rima dan Ritme
Versifikasi => menyangkut rima, ritme. Rima => persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Ritme => tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi berpengaruh dalam pembacaan puisi

B.    Jenis-jenis Puisi
1.     Puisi lama
=> puisi yang terkait pada baris, bait, rima dan irama dan belum mendapatkan pengaruh asing.
Jenis puisi lama:
a.      Mantera
=> karya sastra lama yang berisi pujian-pujian terhadap suatu yang gaib atau yang dianggap keramat. Biasanya diucapkan lisan oleh para pawang atau dukun saat upacara keagamaan.
b.      Bidal
=> jenis puisi lama yang menggunakan bahasa kiasan untuk menggambarkan perasaan secara tidak langsung. Dapat didefinisikan juga sebagai peribahasa yang mengandung nasihat, peringatan, sindiran, dsb.
c.      Tamsil
=> kata-kata kiasan yang bersajak, berirama, dalam bahasa banjar yang disusun sedemikian rupa dalam bentuk baris-baris puisi.
d.     Pantun
Pantun terdiri dari 4 baris, 8-10 kata, 2 baris pertama disebut sampiran, 2 baris berikutnya disebut isi. Rimanya ­a-b-a-b.
e. Karmina
Karmina => pantun yang terdiri atas 2 baris: baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isinya.
f. Talibun
    => pantun yang jumlah tiap-tiap baitnya selalu berjumlah genap, yakni; 6, 8, 10, dan seterusnya. Pembagian baitnya sama dengan pantun, yaitu terdiri dari sampiran dan isi.
g. Seloka
    => pantun berkait yang tidak cukup dengan 1 bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Kata-kata pada bait sebelumnya akan terdapat pada baik yang berikutnya.
h. Gurindam
    Bentuk puisi lama yang terdiri dari 2 bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan rima yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris utama umumnya berupa sebab (hukum, pendirian), sedangkan baris kedua berupa jawaban atau dugaan.
i.    Syair
=> Puisi lama yang terpengaruh kebudayaan Arab. Ciri-ciri syair:
1)    Terdiri atas 4 baris tiap bait.
2)    Setiap bait memberi arti sebagai satu kesatuan.
3)    Tipa baris terdiri dari 4 kata (8-16) suku kata.
4)    Bersajak a-a-a-a.
5)    Berirama 2-2 (../..).
6)    Jumlah suku kata tiap baris 8-12 kata.
7)    Isi syair berupa nasihat, petuah, dongeng/cerita.
j.  Masnawi
    => puisi Arab berisi pujian-pujian tentang tingkah laku seseorang yang mulia.
k. Ruba’i
    => puisi Arab yang berisi tentang nasehat-nasehat bersifat pemujaan.
l.  Kit’ah
    => puisi Arab yang berisi nasehat bersifat mendidik.
m.         Gazal
    => puisi Melayu lama yang berasal dari sastra Arab-Paris.
n. Nazam
    => puisi lama dari puisi Arab, telah ada lebih 100 tahun yang lalu. Nazam seakan-akan menyerupai nasyid tetapi ia boleh didengarkan secara perseorangan atau berkumpulan secara spontan. Kebanyakan lirik atau seni katanya berbentuk puisi lama mengandung berbagai nasihat yang berkaitan dengan ilmu tauhid, Fardhu Ain, Sifat Rasul, dan sebagainya.
2. Puisi baru
    Puisi yang penyusunannya bebas, bentuknya simetris, mempunyai persajakan akhir, menggunakan pola pantun dan syair. Ciri-ciri puisi baru:
1)    Bentuknya rapi, simetris.
2)    Mempunyai persajakan akhir (yanyg terakhir)
3)    Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
4)    Sebagian besar puisi 4 seuntai.
5)    Tiap-tiap barisyna atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masakan

Bolu Koja Bahan: 250 gram tepung terigu 1 sdt adas manis 1/4 sdt kapulaga bubuk 1 sdt kayu manis bubuk 1/4 sdt vanili bubuk ...